Sabtu, 25 Juni 2011

Pengujian campuran Beton

BAB III
TINJAUAN KHUSUS
III.1. TEORI DASAR
III.1.1. Beton
Concrete,beton merupakan sebuah campuran air ,pasir,batu,sebuah bahan pengikat (dewasa ini biasanya,sement Portland) yang mengeras seperti batu,oleh “Jhon.S Scott,page 133, Dictionary of civil Engineering,fourth edition, terbitan erlangga”.
Menurut Prof.Ir.Amrinsyah Nasution,MSCE,Ph.D pada “Catatan Kuliah,Terbitan ITB”mengatakan,bahwa beton merupakan campuran antara sement Portland atau sement hidraulik jenis lainnya,aggregate halus,aggregate kasar,dan air,dengan adanya tambahan rongga – rongga udara,baik dengan atau tanpa bahan tambahan yang setelah mengeras membentuk masa padat.
Untuk menghasilkan beton yang bermutu baik , diperlukan data sifat karakteristik yang dilakukan dilapangan maupun di laboratorium.pemeriksaan / penyelidikan terhadap bahan beton tersebut,harus sesuai dengan standard yang diakui biasanyai ASTM,atau pun dari ASSHTO yang merupakan adopsi dari ASTM.
Sesuai dengan pengalaman penulis di Laboratorium ataupun dilapangan,sering melihat kesalahan- kesalahan penelitian baik dari Laboratorium ataupun lapangan (Field).Untuk itu sangatlah penting diperhatikan investigation (penelitian) bahan – bahan (material) yang dipakai pada pencampuran beton,agar beton yang akan dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan.
Dari hasil Investigation terhadap material campuran pembentuk beton maka direncanakanlah sedemikian rupa ,sehingga menghasilkan beton basah yang mudah dikerjakan,memenuhi kekuatan tekan rencana setelah mengeras dan cukup ekonomis sesuai yang rencanakan.Secara umum Proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah :
Unsur Beton
Aggregat Kasar + Aggregat Halus
( 60% - 80% )
Semen : 7% - 15% Air
( 14% - 21% )
Udara : 1% - 8%

Nilai kuat tekan beton relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya, dan beton merupakan bahan yang bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9% - 15% saja dari kuat tekannya.Pada penggunaan sebagai komponen struktur bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan gaya tarik. Dengan demikian terdapat pembagian tugas dimana batang tulangan baja bertugas memperkuat dan menahan gaya tarik, sedangkan beton hanya diperhitungkan untuk menahan gaya tekan. Komponen struktur beton dengan kerja sama seperti itu disebut sebagai beton bertulangan baja atau lazim disebut beton bertulang.
Menurut Prof.Ir.Amrinsyah Nasution,MSCE,Ph.D bahwa beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan tertentu untuk mendapatkan tanggap suatu penampang yang berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersana-sama dalam menahan gaya-gaya yang bekerja,apabila beton mempunyai berat isi 2200 – 2500 kg/m3 maka disebut beton – normal.
Kerjasama antara beton dan tulangan baja untuk memikul gaya-gaya akan mendapatkan hasil yang baik jika :
a. lekatan yang sempurna antara batang tulangan baja dengan beton keras yang membungkusnya sehingga tidak terjadi penggelinciran diantara keduanya.
b. Beton yang mengelilingi batang tulangan baja bersifat kedap sehingga mampu melindungi dan mencegah terjadinya karat atau korosi pada baja tulangan.
c. Angka mulai kedua bahan hampir sama, dimana untuk setiap kanaikan derajat celcius angka muai beton 0.000010 sampai0.000013 sedangkan baja 0.000012, sehingga tegangan ditimbulkan karena perbedaan nilai dapat diabaikan.
Jadi Kekuatan beton tergantung dari berbagai faktor,sesuai dengan perbandingan unsur beton,kelembapan,dan kondisi dari lingkungan.
Secara umum komposisi dari satuan adukan beton adalah :
III.1.1.A. Semen
Semen dikenal sejak tahun 1824,setelah ditemukan seorang tukang batu Joseph Aspdin asal kebangsaan Inggris.dinamakan sement Portland,karena awalnya semen yang dihasilkan mempunyai warna serupa dengan tanah liat dipulau Portland.
Bahan sement pada beton berfungsi sebagai bahan pengikat antara aggregat kasar dan aggregat halus,jika dicampur dengan air,sement maka disebut PASTA.
Semen dapat dibedakan dalam 5 Type :
1. Type I : semen biasa (normal cement) digunakan untuk pembuatan beton ,dimana beton tidak dipengaruhi oleh lingkungan yang mengandung sulfat ,perpbedaan temperature yang ekstrem.biasanya dipakai pada pembangunan jalan,bangunan beton bertulang,jembatan,tanki,pipa,dll.
2. Type II : semen yang biasanya dipakai untuk mencegah sulfat dari lingkungan terhadap beton.contoh pada drainase.
3. Type III : semen dimana untuk jenis perkerasan cepat (high-early-strength Portland cement).biasanya untuk bekisting yang harus cepat dibuka karena segera akan dipakai kembali.
4. Type IV : semen yang berhidrasi rendah cocok untuk bendungan.
5. Type V : Semen yang digunakan untuk lingkungan yang mengandung sulfat terutama pada tanah /air tanah dengan kadar sulfat tinggi.
Macam – macam semen yang biasa antara lain
1. Sement Portland Normal (Ordinary Portland Cementh) Yaitu: Semen dengan kecepatan pengerasan sedang,yang dapat digunakan untuk segala jenis pekerjaan pengecoran,dan mempunyai kemampuan untuk melawan serangan unsure kimia rendah.
2. Sement Portland yang cepat mengeras (rapid hardening Portland cement). Komposisi kimianya hamper sama,namun kadar trikalsium silikat agak lebih tinggi,dan butiran semen yang lebih halus daripada semen Portland biasa.Sehingga kekuatan awal lebih tinggi dan pengembangan panas hidrasi yang lebih besar.
3. Semen yang lebih cepat mengeras (Extra-rapid hardening cement) , Semen ini lebih cepat mengeras karena ada sejumlah kalsium klorida,yang menimbulkan percepatan proses hidrasi,pengakuan yang lebih cepat,kekuatan awal dan peninggkatan hidrasi yang lebih tinggi.biasanya cocok dipakai didaerah bertemperatur normal,Namun pemakaian sement ini tidak digunakan pada pekerjaan beton bertulang karena dapat meningkatkan resiko korosi.
4. Semen yang sangat cepat mengeras (Ultra-high strength cement) , semen yang mempunyai kemampuan mencapai kekuatan yang sangat tinggi tanpa menimbulkan resiko korosi,dimana semen ini tidak mengandung kalsium klorida,Namun mempunyai kehalusan butiran 700 – 800 m2/kg,memiliki gypsum yang tinggi,dengan tingginya kandungan tersebut maka memiliki peningkatan kekuatan awal lebih tinggi dibandingkan dengan jenis sement Rapid hardening Portland cement.setelah beton berumur 28 tahun,cenderung penambahan kekuatannya sedikit.
5. Sement Portland blastfurnace , adalah campuran sement Portland biasa yang digiling dengan aggrerat tanur.
6. Semen Portland berkadar panas rendah (low heat Portland cement) , merupakan pilihan tepat untuk pekerjaan dengan massa yang besar,dimana sifat utama yang membedakan dengan sement Portland normal adalan kandungan C3A dan C3S yang dibatasi sehingga menimbulkan dehidrasi yang rendah.Panas hidrasi pada umur 28 hari adalah 280 kj/kg dibandingkan 350 kj/kg pada semen Portland normal.
7. Sement Portland Furnace berkadar panas rendah , pemakaian yang ideal untuk sement ini adalah sama dengan sement Portland berkadar panas rendah.semen ini dibuat dengan cara menggiling halus klinker semen yang dicampur dengan aggregate tanur sebanyak 50-90% berat sement bersamaan.
8. Sement Portland tahan sulfat (sulfate-resisting Portland cement) , semen ini hamper sama dengan semen Portland normal,akan tetapi Unsur C3A terkandung didalamnya 3.5% yang menunjukkan ketahanan yang tinggi terhadap larutan sulfat yang agresif yang berasal dari air tanah.
9. Semen putih dan semen , dibuat dengan menggunakan bahan clay cina sebagai pengganti clay biasa yang dipakai untuk pembuatan sement Portland normal.
10. Semen Hydrophobic , bertujuan mencegah proses hidrasi pada sebagian butiran semen selama penyimpanan di gudang atau sebelum dipakai khususnya pada daerah yag beriklim lembab.
11. Semen tahan air (water – Repellent cement) , dibuat untuk tujuan beton yang harus memiliki sifat kedap air, dimna beton lebih padat dan lebih tahan terhadap penetrasi air.
12. Semen berkadar Alumina tinggi (high alumina cement) , Keuntungan utama dengan menggunakan semen ini adalah kekuatan awal yang tinggi dan bertambahnya ketahanan beton terhadap serangan sulfat serta beberapa jenis asam dan memiliki sifat kekekalan yang baik.bertolak belakang dari sifat tersebut,pada usia dini akan terjadi kecepatan evolusi panas yang sangat tinggi,selain itu dapat di pengaruhi oleh kondisi lingkungan,smen ini mempunyai harga relative tinggi.oleh karena itu semen ini tidak boleh dicampur dengan semen,additife dari bahan kalsium klorida serta air laut.
13. Semen Supersulfat , semen ini mempunyai sifat ketahanan sulfat pada semua tingkatan konsentrasinya yang umum terdapat pada air tanah atau terhadap tanah,serta memiliki ketahana terhadap lingkungan dengan lingkungan dengan tingkat keasaman rendah.semen ini tidak boleh dicampur dengan semen type lain.
14. Semen Pozzolan , semen ini dapat ditemui alam secara murni seperti pada abu gunung api,kecepatan peningkatan kekuatan dan panas yang dilepaskan lebih rendah bila dibandingkan dengan semen Portland normal.dan sangat berguna untuk pekerjaan beton dengan jumlah massa yang besar.seperti pada jebis semen Portland tahan tahan sulfat.
15. Oil well cement , adalah semen Portland yang dicampur dengan bahan retarder yang berfungsi untuk mengurangi kecepatan pengerasan semen,sehingga dapat dipompakan kedalam sumur minyak atau gas.
16. Semen anti Bakteri , adalah semen normal yang dicampur secara homogen dengan “anti bacterial agent” seperti Gemicide yang berfungsi sebagai “self disinfectani” beton terhadap serangan bakteri dan jamur.semen ini biasanya untuk pekerjaan kamar mandi,kolam,lantai industri makanan, Rumah sakit dll
17. Semen kedap air , semen ini dipakai untuk konstruksi yang berfunsi menahan tekanan hidrostatis seperti pada tangki penyimpanan bahan kimia.
III.1.1.B. Air
Dalam pekerjaan beton air berfungsi sebagai pembersih aggregat dari kotoran yang melekat,dan media pencampuran,serta untuk pemeliaharaan beton.selain itu air berfungsi sebagai bahan baku yang mengakibatkan proses kimia sehingga semen bereaksi dan kemudian mengeras.
Air yang di syaratkan SNI-03-2847-2002 dalam pasal 5.4 ayat 1 s/d 3 sebagai berikut :
1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat,tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan
3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi:
(1) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang
menggunakan air dari sumber yang sama.
(2) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)” (ASTM C 109 ).
III.1.1.C. Aggregat
Bahan baku yang digunakan sebagai sebagai bahan baku beton yang berasal dari batuan sering disebut Aggregat.Aggregat dibagi dua berdasarkan distribusi kumpulan ukuran butirannya yakni : aggregat halus dan aggregat kasar.Aggregat berfungsi sebagai bahan pengisi.Kualitas aggregat sangat ditentukan oleh kualitas batuan asal serta kandungan mineralnya.batuan asal mempunyai sifat kekekalan tinggi.namun tidak selamanya menghasilkan aggrergat bermutu tinggi,apabila sudah mengalami pencemaran akibat cuaca ,tekanan.temperatur dll.
Jenis – jenis aggregat :
A. Menurut asal perolehannya
1. Aggregat alam , aggregat yang diperoleh dari alam,melalui proses pemecahan saingga batu menjadi pasir dan kerikil.
2. Aggregat buatan / aggregat sintetis, aggregat yang dibuat untuk menggantikan fungsi aggregat alam. Contoh : aggregat lempung bekah , bermis , perlit , aggregat udara.
B. Menurut susunan Gradasi butirannya
1. Aggregat dengan gradasi baik , dimana susunan butirannya terdiri dari butiran halus hingga kasar secara beraturan.


2. Aggregat dengan gradasi kasar dan seragam , gradasinya seragam cocok digunakan untuk aggregat beton .



3. Aggregat dengan gradasi halus dan seragam , yaitu dimana susunan gradasi halus dan seragam hampir sama dengan butiran yang kasar dan seragam.



4. Aggregat dengan gradasi celah , memiliki susunan butiran yang terputus , dimana butirannya tidak menerus dari halus hingga kasar.



C. Menurut susunan kumpulan butirannya
1. Aggregat halus , yaitu aggregat yang memiliki ukuran butiran 0.075 - 4.8 atau 5.0 mm.

2. Aggregat kasar , yaitu aggregat yang memiliki ukuran lebih besar dari 5.0 mm.

D. Menurut beratnya
1. Aggregat ringan , seperti Batu apung.bobot isi untuk aggregat kasar berkisar 350-850 kg/m3,untuk aggregat halus 750-1100 kg/m3.
2. Aggregat normal , bobot isi berkisar 2300-2500 kg/m3.
3. Aggregat berat , bobot isi berkisar 4.000-5.000 kg/m3.

III.1.2. RANCANGAN CAMPURAN BETON
Tujuan rancangan campuran beton sbb :
- Agar memenuhi persyaratan kuat tekan karakteristik
- Agar memiliki sifat keawetan terhadap situasi lingkungan
- Agar menghasilkan penampilan yang baik
- Agar memiliki kemampuan untuk dicampur , diangkut ,dicor , dipadatkan , dan dipelihara secara efisien.
- Agar sedapat mungkin menghasulkan harga yang ekonomis
Adapun jenis rancangan campuran beton :
a. untuk Pencapaian kekuatan
b. untuk Pencapaian Keawetan
c. untuk Pencapaian sifat tertentu (contoh : kebutuhan penampilan yang indah,massa bangunan yang ringan.)
III.1.3. BAJA
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu system struktur, perlu dibantu denganmemberikan perkuatan penulangan yang terutama akan mengemban tugas menahan gaya tarik yang akan timbul didalam sistim. Untuk keperluan penulangan tersebut digunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis menguntungkan, dan baja tulangan yang digunakan dapat berupa batang baja polos atau kawat rangka yang telah dilas ( wire mesh ) yang merupakan batang kawat baja yang dirangkai ( diayam ) dengan teknis pengelasan.
Agar dapat berlangsung lekatan erat antara baja tulangan dengan beton, selain batang polos berpenampang bulat ( BJTP ) juga digunakan batang deformasi (BJTD ), yaitu tulangan baja yang permukannya dikasarkan secara khusus, diberi sirip teratur dengan pola tertentu, atau batang tulangan yang dipilih pada proses produksinya. Pola permukaan yang dikasarkan atau pola sirip sangat beragam tergantung pada mesin giling atau cetak yang dimiliki oleh produsen, asal masih dalam batas-batas spesifikasi teknik yang diperkenankan oleh standar. Baja tulangan polos ( BJTP ) hanya digunakan untuk tulangan pengikat sengkang atau spiral, umumnya diberi kait pada ujungnya.







CONTOH GAMBAR


Sambungan balok kolom tulangan pengikat sengkang atau spiral


Cara pengikatan tulangan



III.1.4. METODE PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN KUALITAS BETON
III.1.4.a, Beton
1. Slump test
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang berhubungn dengan mutu beton. Dalam proyek Tamrin Residences, slump yang dipakai yaitu . pengujian dilakukan dengan menggunakan kerucut Abram. cara pengujian:
a. Menyiapkan peralatan uji slamp yaitu yang mempunyai ukuran diameter atas 10 cm dan diameter bawah 20 cm, sedangkan tingginya 30 cm.


Pembersihan alat uji Slum test




Kerucut slum test yang telah dibersihkan

b. Kerucut Abram Diletakkan pada bidang rata dan datar namun tidak menyerap air.
c. Adukan beton yang sudah dicampur merata dimasukkan kedalam kerucut sambil ditekan kebawah penyokong-penyokongnya.

Material beton yang akan di test
d. Adukan beton dimasukkan dalam 3 lapis yang kira-kira sama tebalnya, dan setiap lapisan ditusuk 25 kali dengan menggunakan tongkat baja diameter 16 mm panjang 600 mm dengan ujung yang bulat (seperti peluru) supaya adukan yang masuk kedalam kerucut lebih padat.

Material beton untuk lapiasan pertama dituang


dipadati 25-30 kali tusukan per tiap lapis



e. Adukan yang jatuh disekitar kerucut dibersihkan, lalu permukaannya diratakan dengan kerucut ditarik vertikal dengan hati-hati.

Kerucut ditarik perlahan-lahan
f. Dibuka dan diukur penurunan puncak kerucut terhadap tinggi semula.

Pengukuran penurunan material beton
g. Hasil pengukuran inilah yang disebut nilai slump dan merupakan nilai kekentalan (kadar air) dari adukan beton tersebut.
h. Adukan beton dengan hasil slump yang tidak memenuhi syarat tidak boleh digunakan.

2. Tes Uji Kuat Tekan (Compression Test)
Tes uji kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton karateristik (kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran). Cara pengujian:
a. Siapkan silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

Silinder yang dipersiapkan dalam keadaan bersih.

b. Cetakan silinder diletakkan pada plat atas baja yang telah dibersihkan dan sisi dalamnya diolesi minyak pelumas seperlunya untuk mempermudah pelepasan beton dari cetakan.
c. Masukkan adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test kedalam cetakan yang dibagi kedalam 3 (tiga) lapisan yang sama.


Lapisan pertama kurang lebih 1/3 dari Volume atau tinggi silinder

Lapisan kedua kurang lebih 2/3 dari Volume atau tinggi silinder


Lapisan ketiga volume silinder penuh





d. Tusuk-tusuk 25 kali per tiap lapisan.


e. Ratakan bagian atas dan beri kode tanggal pembuatan.


f. Diamkan selama 24 jam dan direndam dalam air (curing) selama waktu tertentu,kemudian diserahkan ke laboratorium untuk dilakukan (crusing test) terhadap beton.
f. Tes uji beton dilakukan dengan mesin compressor yang sudah dikalibrasi.


uji crusing test

Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai benda uji.
Benda uji Perbandingan kekuatan tekanan
Kubus 15 x 15 x 15 cm
Kubus 20 x 20 x 20 cm
Silinder 15 x 30 cm 1.00
0.95
0.83


Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur.

Umur beton (Hari) 3 7 14 21 28 90 365
Sement portland biasa 0.40 0.65 0.88 0.95 1.00 1.20 1.35
Semen portland dengan kekuatan awal yang tinggi 0.55 0.75 0.90 0.95 1.00 1.15 1.20


3. Metode pengujian dengan cara merusak (Destructive Method) dengan alat Core drill . pengujian dilakukan dengan melakukan pengambilan sample terhadap beton,dibor dengan alat Core drill. Metode ini jangan sampai merusak struktur dari beton.Sample dari hasil core drill dibawa ke laboratorium untung dilakukan crusing test.Pengujian ini sangat akurat sesuai dengan aktual dilapangan.Namun cara pengambilan samplenya sangat berisiko kareana dapat mengurangi stukturnya terutema sampai mengenai tulangan beton.

Profometer Core Drill

Lobang Sample Sample



4. Ultrasonic Non-Destructive
4.1. PENGUJIAN ULTRASONIC
Penelitian ultrasonic pada struktur telah digunakan dibeberapa negara pada beberapa masa silam dan di Indonesia telah digunakan dan berkembang pada awal tahun 80’an.
Tujuan penelitian Ultrasonic Pulse Velocity Test terhadap struktur beton adalah untuk mengetahui beberapa data-data seperti :
• Mendeteksi keretakan dan kedalamannya
• Homoginitas pada beton
• Kerusakan permukaan beton akibat kebakaran atau pengaruh kimiawi
• Perubahan-perubahan sifat pada masa ke masa
• Kwalitas/mutu beton
• Honeycombing/void atau kerusakan lain pada beton
• Modulus Elastisitas Beton


Tabel 2.1. Faktor koreksi terhadap pengaruh besi dimana rambatan pulsa melalui posisi besi tegak lurus.
Ls/L Velositas beton ( Vc km/s)
Vc = 3.0 Vc = 4.0 Vc = 5.0
0.10 0.95 0.96 0.98
0.15 0.93 0.95 0.97
0.20 0.90 0.93 0.96
0.25 0.88 0.92 0.95
0.30 0.85 0.90 0.95
a. L = Panjang antara titik Tx dan Rr
Penelitian Ultrasonic Pulse Velocity test berpedoman pada BS 4408 : Parts 5 : February 1974 ( recommendations for Non-destructive methods of test of concrete).
4.1. KEKUATAN BETON DENGAN HAMMER TEST
Test ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan kekuatan/tegangan karakteristik beton yang sudah ada. Test material dilakukan dengan alat hammer test merk Proceq dll pada elemen struktur seperti kolom, balok dan pelat lantai.

Hammer test pada kolom dengan sudut 00

Hammer test pada Pelat dengan sudut -90 0
Tahapan/prosedur dengan alat hammer test, sebelum test dimulai permukaan dari elemen struktur yang belum rata harus dihaluskan dengan gurinda agar diperoleh permukaan yang rata, sehingga pembacaan rebound dari alat hammer test lebih teliti dan tepat. Pada setiap titik hammer test dilakukan sebanyak 20 kali shooting per lantai. Hasil test dianalisa dengan mempergunakan standard deviasi untuk penentuan mutu beton.
Dalam penentuan mutu beton pada setiap titik yang diuji dilaksanakan dengan metode standard deviasi, sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia–1971 (PBI - 71) pasal 4.5. Penjelasan Perhitungan Mutu Beton berdasarkan PBI - 71 tersebut sbb :
a. Penentuan kekuatan beton rata-rata pada setiap titik uji.
bm = b
bm = kekuatan beton rata-rata
n = jumlah pukulan ,diambil minimum 20 shoot
b = kekuatan beton hasil test
Perhitungan standard deviasi (S) dengan rumus :
S =
b. Penentuan mutu beton karakteristik (bk) dengan rumus :
bk = bm - 1.64.S
Berbagai mutu pelaksanaan pada berbagai volume pekerjaan dicacantumkan pada tabel berikut :
Nilai Standard deviasi (S) bagi evaluasi kekuatan beton
Volume pekerjaan Deviasi Standard S (kg/m3)
Sebutan Jumlah beton (m3) Baik sekali Baik Dapat diterima
Kecil
Sedang
Besar < 1000 1000 – 3000 > 3000 45 < S > 55
35 < S > 45
25 < S > 35 55 < S > 65
45 < S > 55
35 < S > 45 65 < S > 85
55 < S > 75
45 < S > 65


www.petergocivil.blogspot.com

1 komentar: